Saeyyang Pattuddu di Ujung Lero: Tradisi Mandar yang Kini Jadi Daya Tarik Wisata Pinrang

Saeyyang Pattuddu di Ujung Lero: Tradisi Mandar yang Kini Jadi Daya Tarik Wisata Pinrang

SUARATA || Lero, Pinrang — Tradisi Saeyyang Pattuddu kembali digelar meriah oleh masyarakat Desa Ujung Lero, Kecamatan Suppa, sebagai ungkapan syukur atas khatam Al-Qur’an dan bentuk pelestarian budaya Mandar yang kini menjadi daya tarik wisata lokal. Kegiatan ini juga dinilai mampu menggerakkan ekonomi masyarakat setempat.

Tradisi Saeyyang Pattuddu yang identik dengan kuda hias menari sambil ditunggangi anak yang telah khatam Al-Qur’an kembali memancarkan pesonanya di Desa Ujung Lero. Kegiatan budaya ini bukan sekadar seremoni keagamaan, melainkan juga simbol penghargaan terhadap nilai-nilai luhur dan kearifan lokal masyarakat Mandar.

Ketua TP PKK Kabupaten Pinrang, Sri Widiati A. Irwan, turut hadir dan melepas langsung jalannya prosesi tradisi yang sarat nilai kebersamaan ini. Antusiasme masyarakat terlihat tinggi, menandakan bahwa budaya lokal masih menjadi kebanggaan bersama.

Bupati Pinrang, H. A. Irwan Hamid, S.Sos, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia menegaskan bahwa meskipun tradisi ini berasal dari luar Pinrang, namun telah berakulturasi dengan baik di Desa Ujung Lero yang mayoritas dihuni masyarakat bersuku Mandar.

“Tradisi ini membuktikan bagaimana masyarakat Pinrang mampu menjaga dan melestarikan budaya yang sarat makna. Kita berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda tahunan dan menjadi daya tarik wisata baru yang tentu akan memberi dampak positif bagi masyarakat,” ujar Bupati Irwan.

Pemerintah Kabupaten Pinrang mendorong agar tradisi seperti Saeyyang Pattuddu dijadikan agenda rutin daerah, tidak hanya untuk memperkuat identitas budaya, tetapi juga mendukung sektor pariwisata.

Bupati Irwan juga menekankan bahwa pelestarian budaya memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Kegiatan seperti ini mendorong perputaran ekonomi lokal melalui aktivitas perdagangan, kuliner khas daerah, hingga industri kreatif masyarakat.

“Budaya adalah kekuatan besar jika kita rawat bersama. Saeyyang Pattuddu ini tidak hanya menjaga jati diri kita, tetapi juga bisa menjadi pintu masuk tumbuhnya ekonomi kerakyatan,” tambahnya.

Meningkatnya jumlah kunjungan masyarakat dan wisatawan menjadi peluang bagi pelaku UMKM lokal untuk memperkenalkan produk-produk unggulan mereka.

Dengan semangat kebersamaan, masyarakat Desa Ujung Lero berharap agar tradisi Saeyyang Pattuddu terus dijaga dan dikembangkan. Bagi mereka, tradisi ini bukan hanya simbol adat, tetapi juga peluang untuk membangun kesejahteraan melalui wisata berbasis budaya.

Saeyyang Pattuddu di Desa Ujung Lero membuktikan bahwa pelestarian budaya dapat berjalan beriringan dengan pembangunan ekonomi masyarakat. Ke depan, kegiatan ini diharapkan menjadi kalender wisata tahunan Kabupaten Pinrang yang mampu menarik wisatawan dan memperkuat identitas budaya Mandar di Sulawesi Selatan. (***)

Bagikan: