Tanggapi Polemik Isu Tayangan yang Mendiskreditkan Pesantren, Kepala MAN Pinrang Angkat Bicara

Tanggapi Polemik Isu Tayangan yang Mendiskreditkan Pesantren, Kepala MAN Pinrang Angkat Bicara

SUARATA || Paleteang, Pinrang – Isu tentang tayangan yang mendiskreditkan pesantren akhir-akhir ini menimbulkan keresahan di berbagai kalangan, terutama di lingkungan pendidikan Islam. Tayangan tersebut dianggap tidak hanya melukai hati warga pesantren, tetapi juga mencederai nilai luhur lembaga pendidikan Islam yang telah berperan besar dalam sejarah bangsa Indonesia.

Kepala Madrasah Aliyah Negeri Pinrang, Ansyar yang juga menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama Kabupaten Pinrang, turut angkat bicara menanggapi isu tersebut. Ia menilai, pesantren selama ini bukan hanya lembaga pendidikan keagamaan, tetapi juga benteng moral, peradaban, dan kebangsaan yang telah berkontribusi besar dalam mencetak generasi berilmu, berakhlak, dan cinta tanah air.

“Pesantren bukan sekadar tempat belajar agama. Ia adalah lembaga yang telah menanamkan nilai keikhlasan, kemandirian, cinta tanah air, dan pengabdian. Dari pesantrenlah lahir para pejuang, ulama, dan tokoh bangsa yang berjasa dalam merebut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” tegas Ansyar.

Menurutnya, tayangan yang menggambarkan pesantren secara negatif jelas merupakan bentuk misleading information atau informasi yang menyesatkan dan berpotensi merusak citra pesantren di mata masyarakat. Ia menyayangkan pihak-pihak yang dengan mudah menilai lembaga pendidikan Islam tanpa memahami realitas dan sejarah panjangnya.

“Kami sangat menyesalkan adanya tayangan yang menstigma pesantren sebagai tempat yang dikaitkan dengan hal-hal negatif. Ini jelas tidak berdasar. Pesantren adalah lembaga yang adaptif, terbuka terhadap perubahan, dan selalu relevan dengan perkembangan zaman. Kehadiran media mestinya mengedukasi publik” ujarnya dengan nada tegas.

Ansyar menambahkan bahwa sejarah telah mencatat peran pesantren dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Para kiai dan santri menjadi garda terdepan dalam perlawanan terhadap penjajahan, seperti resolusi jihad yang dikeluarkan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1945. Karena itu, merendahkan pesantren sama saja dengan merendahkan sejarah perjuangan bangsa.

“Pesantren adalah bagian dari jati diri bangsa. Kalau hari ini ada pihak yang mencoba melemahkan atau mencemarkan nama baik pesantren, berarti mereka sedang mencoba mengaburkan sejarah dan melemahkan fondasi moral bangsa,” tutur Ansyar.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa pesantren saat ini telah banyak melakukan inovasi dan modernisasi dalam sistem pendidikannya. Banyak pesantren telah mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum, memanfaatkan teknologi digital, bahkan menghasilkan karya dan inovasi yang bersaing dengan lembaga pendidikan formal lainnya.

Bagikan: